Sabtu, 20 Desember 2008

Tampilan Rawon Nguling yang cenderung hitam kadang abu abu, berminyak dan panas ternyata nggak bisa membuatnya tertarik, mungkin karena terbiasa dengan rendang dan bumbunya sehingga merasa aneh kalo potongan daging sapi ini harus bercampur dengan kuah dan buah kluwek.

Anda akan menemui dengan mudah tempat ini bila melewati jalur pantai utara ke arah kota Probolinggo, tepatnya 50 meter setelah jembatan pasar nguling di sebelah kiri akan nampak berjajar deretan mobil didepan warung ini (atau lebih layak disebut restaurant).

Kesuksesan rawon nguling ini membuat pemiliknya membuka cabang di kota Surabaya dan malang untuk mendekatkan ke konsumen .

Di seberang rawon nguling ini ada pasar sapi yang sampai sekarang masih eksis, ada hari hari tertentu yang membuat pasar ini lebih ramai . dulunya warung ini laris karena banyaknya pedagang ("blantik "bahasa jawanya) yang nongkrong setelah keberhasilannya bertransaksi, kadang yang belum terbelipun ya nongkrong juga , sekedar ngopi dan makan jajanan ringan .

Rasa dari rawon nguling ini dapat tersaingi dengan "Rawon Bangil" yang berada dikota pasuruan, dari arah Probolinggo ke surabaya setelah belok kiri dari jembatan dalam kota, 50 meter kemudian akan menemui jalan disebelah kiriBank BCA yang sayangnya merupakan satu jalur, jadi anda muter dulu setelah ketemu pasar pasuruan .

Kuah dan bumbunya sangat nendang di lidah , tidak terlalu keras namun harum , apalagi bila anda memesan empal sapinya ....wah ini yang menjadi nilai lebih rawon bangil ini , bukan cuma gurih tapi juicy dan mantap tanpa membuat dagingnya tertinggal di sela gigi anda..... lumer wakkzzz ..pokoknya mak nyossss ...hehehehehehe ...
Pesaing rawon nguling lainnya yang cukup punya nama adalah Rawon Setan (itu lho yg didepannya hotel JW Mariot Surabaya . dengan ngantrenya pengunjung rawon ini seakan memberi pengesahan nikmatnya masakan diwarung ini. potongan dagingnya besar besar dan rasanya juga cukup hard enough mendapat 4 bintang .

Next posting mengenai tempat makanan di Bali, dari nasi ayam mak weti, nasi ayam kadewatan, sup ikan mak beng, ayam betutu pasar ubud versus ayam betutu Mangku Gunung Lebah , dll . okkk ...see yaa.

Songa Adventure

Mengunjungi bumi Probolinggo saat ini ibarat menyusuri kembali perjalanan Hayam Wuruk lebih dari 500 tahun silam. Konon, menurut cerita rakyat, tak lama setelah Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Nusantara di tahun 1357 Masehi, Raja Hayam Wuruk adalah orang pertama yang menjadi saksi atas keindahan panorama alam Probolinggo.

Lantaran kagum dan terpesona oleh keindahan panorama di sana, Hayam Wuruk sempat berlama-lama bercengkerama di tempat itu. Tempat Hayam Wuruk bercengkerama itu kemudian disebut sebagai prabu linggih, yang lambat laun mengalami perubahan lafal menjadi Probolinggo. Dan....starting point yang dipakai Songa Rafting salah satu yang disinyalir sering dipakai mandi Mahapatih Gadjah Mada.

Sungai Pekalen, terletak 25 km dari kota Probolinggo tepatnya terbentang di antara tiga kecamatan berturut-turut yaitu kecamatan Tiris, kecamatan Maron, dan kecamatan Gading. Bantaran sungai yang bisa diarungi berjarak 29 km yang terbagi atas 3 area. Dan Songa membagi paketnya menjadi 3 bagian ; Sungai Pekalen Atas berjarak 12 km, Sungai Pekalen Tengah berjarak 7 km, dan Sungai Pekalen Bawah berjarak 10 km.

Karakteristik sungai berbelok dan bertebing, Panorama alam yang indah, puluhan jeram (grade 2 s/d 3+) yang exotic dan menantang, kemegahan air terjun, dan kemolekan gua-gua kelelawar, serta masih ditemuinya beberapa satwa langka seperti burung elang, burung kepodang, monyet, biawak, linsang, tupai dll menjadi daya tarik tersendiri yang dapat Anda nikmati selama perjalanan.

Taman Wisata Studi Lingkungan

Taman Wisata Studi Lingkungan yang berlokasi di eks Joboan ini kembali mendapatkan sentuhan dari Pemerintah Kota Probolinggo. Untuk menambah koleksi satwa di TWSL, kali ini Pemerintah Kota berencana akan mendatangkan beruang madu pada bulan ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Walikota Probolinggo, HM Buchori SH Msi ketika ditemui di TWSL (6/2). Sampai dengan akhir tahun 2008 tempat rekreasi yang sedang digandrungi masyarakat itu akan dilengkapi dengan koleksi satwa langka yaitu mulai dari macan tutul, burung kasuari,elang laut dan lain-lain.

Namun demikian, Walikota Buchori menegaskan pemerintah tidak akan menerima koleksi seperti singa, gajah dan jerapah. Dikarenakan perlu adanya penanganan khusus pada satwa tersebut, baik pada makanan dan perawatannya.

”Untuk memberikan pengetahuan pada anak sekolah tentang ikan dan hewan laut lainnya, pemerintah akan membuat akuarium untuk ikan air tawar dan air laut. Jadi mereka bisa lebih tahu berbagai jenis ikan, selama ini kan hanya tahu lewat televisi saja dan media cetak saja,” terang Buchori.

Walikota Buchori juga menjelaskan bahwa akuarium tersebut akan dibuat memanjang dari selatan sampai ke utara, disepanjang tembok sebelah timur. Pengunjungpun bisa secara jelas melihat berbagai macam jenis ikan.

Tidak hanya itu, untuk memberikan kesempatan bagi penjual bunga yang masih belum mempunyai tempat khusus untuk berjualan, pemerintah juga akan memberikan tempat yaitu pasar bunga di sebelah timur TWSL.

”Jadi nanti akan dibuatkan jalan tembus dari TWSL ke pasar bunga. Bahkan nantinya disebelah timur pasar bunga juga akan dibuat pula pasar burung, karena pasar burung Randupangger sekarang sesak bercampur dengan pasar tradisional. Pasar Randupangger nanti hanya khusus untuk pasar tradisional,” tambah Walikota.

Sementara itu ketika ditemui Suara Kota, Kepala UPTD PISL pada Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, Ir Fitriawati, mulai Januari 2008 Pemerintah kota Probolinggo telah menetapkan tarif masuk TWSL.

”Untuk anak-anak sampai dengan usia 12 tahun dikenakan tarif 1000 rupiah dan dewasa 2000 rupiah. Hal tersebut telah sesuai dengan peraturan Walikota Probolinggo no 50 tahun 2007. Namun ada pengecualian untuk anak-anak sekolah yang akan melakukan studi di taman wisata tersebut akan mendapat potongan harga,”jelas perempuan berkerudung ini.

Abdullah, 40 th, warga Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo ketika ditemui Suara Kota di TWSL (9/2) mengatakan bahwa penarikan retribusi tersebut masih dalam batas wajar untuk biaya operasional di tempat tersebut. Mengingat satwa-satwa yang ada tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk makanannya.

Visi Dan Misi

Berdasarkan kondisi kota Probolinggo saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki serta aspirasi masyarakat kota Probolinggo, maka visi pembangunan kota Probolinggo Tahun 2006-2025 adalah:

a. Visi Kota
“ Terwujudnya Masyarakat Kota Probolinggo yang Aman, Demokratis, Adil dan Sejahtera ”

b. Misi Kota
1. Mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat kota Probolinggo untuk melestarikan ciri khas kota Bayuangga (Angin, Anggur, dan Mangga), membangun citra kota Indaditasi (Industri, Perdagangan, Pendidikan, dan Transportasi), dan membudayakan motto kota Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi, dan Indah).

2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai agama dan harmonisasi antar kelompok masyarakat.

3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan.

4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim ketenagakerjaan, dan memacu kewirausahaan .

5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan percepatan pembangunan infrastruktur.

6. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup.

7. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum, dan HAM .

8. Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.

Jumat, 19 Desember 2008

Pulau Gili Ketapang

Ketapang (atau dikenal dengan sebutan Gili Ketapang) adalah sebuah pulau kecil di Selat Madura , tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Sumberasih, Probolinggo , Kabupaten Probolinggo , Jawa Timur . Luas wilayahnya sekitar 68 ha, dan jumlah penduduknya 7.600 jiwa (2004), yang sebagian besar adalah Suku Madura dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Penduduk pulau ini dikenal relatif makmur.

Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo. Pulau terebut dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga , Kota Probolinggo , dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Menurut legenda setempat, pulau ini dulunya menyatu dengan daratan Desa Ketapang (Pulau Jawa ), yang kemudian secara gaib bergerak lamban ke tengah laut, karena gempa yang dahsyat akibat letusan Gunung Semeru . Nama Gili Ketapang berasal dari Bahasa Madura, gili yang artinya mengalir, dan Ketapang merupakan nama asal desa tersebut.

Pantai Bentar Probolinggo

Wisata Probolinggo, Bentar Indah adalah obyek wisata Pantai yang terletak di tepi jalan Surabaya Banyuwangi, Kecamatan Gending 7 Kilometer dari Kota Probolinggo, ke arah timur. Pantai Bentar sangat potensial mengingat lokasi merupakan lintasan wisata overland Jawa-Bali, bisa dikembangkan menjadi semacam resort. Di sekitar pantai direncanakan akan didirikan Hotel Terapung lengkap dengan fasilitas penunjang lainnya berupa water sport, sea aquarium, play ground, swimming pool, mangroves forest, fish pond dll. Apalagi di sepanjang perjalanan dari Surabaya-Bali hanya ada satu stop over bagi wisatawan, yaitu Pantai Pasir Putih (Situbondo). Makanya Bentar Indah dianggap cukup menjanjikan, khususnya bagi pengusaha restorant dan perhotelan.


Letaknya berada di tikungan jalan raya, berseberangan dengan bukit. Dari atas bukit, nampak lokasi Bentar Indah berada dibibir pantai dengan latar belakang pemandangan laut yang sangat indah. Disebelah timurnya terdapat hutan bakau yang diperluas untuk tambak tradisional untuk benih udang dan ikan laut. Wisatawan dapat memancing, dengan membayar sewa pemancingan. Dimasa mendatang rencananya perjalanan dari Probolinggo menuju Pulau Gili Ketapang akan dialihkan ke Pantai Bentar Indah.

Danau Ranu Agung

Ranu Agung terletak sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Dari ketinggian, ranu yang ukurannya lebih besar daripada Ranu Segaran itu terlihat jauh lebih indah. Bibir danau yang ditumbuhi pepohonan, menyambung dengan kaki langit yang menciptakan cakrawala pandang yang menakjubkan. Langit biru yang bersih terlihat kontras dengan hijaunya air danau yang memantulkan sinar matahari.

Detak waktu pun dalam sekejap seolah lenyap ditelan hening Ranu Agung. Airnya yang berwarna kehijauan seperti menyimpan misteri yang siap menelan apa saja yang ada di sekitarnya. Sebuah tebing setinggi sekitar 100 meter mungkin bisa dipilih petualang sejati untuk membuktikan nyali mereka dengan terjun bebas ke danau.

Hanya dengan duduk diam dalam hening, keindahan Ranu Agung rasanya seperti tercecap hingga urat nadi. Di sini bisa dibangun sebuah komunikasi yang intens antara anak manusia dan Penciptanya. Di antara ingatan akan kemacetan lalu lintas di kota besar, Ranu Agung bisa menjadi sebuah istirah yang ampuh.

ranu agung

Air Terjun Madakaripura

Kawasan wisata Gunung Bromo ternyata menyimpan satu lokasi wisata yang unik dan menawan. Lokasinya tidak jauh dari lautan pasir Bromo, hanya sekitar 45 menit ke arah Probolinggo (ke Utara). Namanya adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut. Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang menawarkan diri menjadi 'guide' yang akan menemani sambil menceritakan sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.

Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat.

Saat tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter kira-kira 25 meter.

Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras. Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya.

Untuk anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air terjun yang seolah dalam tabung.

Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di 'tabung' ini perasaan kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup untuk pengunjung.

Sesudah puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir. Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan wisatanya.

Gunung Bromo Adventure


Perjalanan ke Gunung Bromo dari Ranu Pani, dapat menjadi menarik dan penuh tantangan bagi seorang pendaki berpengalaman sekalipun. Terutama setelah selesai mendaki Gunung Semeru.Dari Kota Malang menuju Tumpang dengan angkutan umum, disambung dengan mobil JIP atau Truck Sayuran menuju desa Ranu Pani. Di Ranu Pani terdapat Pos pendakian dan dua buah danau (ranu) yang sangat indah, yakni Ranu Pani dan Ranu Regulo disebelah bawah. Disini terdapat beberapa warung dan penginapan yang sangat sederhana. Desa Ranu Pani masuk dalam wilayah kabupaten Lumajang, bisa juga ditempuh dari kota Lumajang.

Perjalanan sebaiknya dilakukan pagi-pagi, dengan berjalan kaki menuju Pos jalan pintas yang berada di ujung desa Ranu Pani menuju Gunung Bromo. Setelah menginap selama satu malam di Pos Jaga Pendakian, Tim Skrekanek (Ade dan Steve) yang telah menyelesaikan pendakian Gunung Semeru, bergegas memulai perjalanan ke Gunung Bromo.

Perjalanan dapat dilakukan dengan menyewa JIP dari desa Ranu Pani atau desa Jemplang sekitar Rp.200.000,- lama perjalanan 2 jam, namun Tim Skrekanek memilih berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar 4 Jam sejauh 12 Km.

Perjalanan sangat berbahaya bila dilakukan sore atau malam hari, karena jalanan tidak terlihat dan banyak sekali terdapat anjing liar yang dapat menyerang kita setiap saat, sebaiknya membawa tongkat.

Setelah sampai di batas akhir desa Ranu Pani terdapat Pos istirahat yang berada diatas bukit, tampak pemandangan yang sangat indah kebawah bukit, terlihat jalur yang menuju Gunung Bromo.

Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni bukit yang sangat curam, kita perlu berhati-hati karena selain jalurnya sempit juga tertutup oleh semak-semak yang tinggi. Bukit ini sangat terjal dan memanjang mengelilingi kompleks gunung Bromo, dengan ketinggian antara 200-600 meter, dan bergaris tengah 8-10 km, membentuk kaldera. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera antara lain; G.Bromo (2.392m) G. Batok (2.470m) G. G.Kursi (2,581m) G.Watangan (2.662m) G.Widodaren (2.650m).

Di gunung Widodaren terdapat sebuah gua dengan batu besar di dalamnya sebagai tempat orang bersemedi dan sebagai tempat untuk menyimpan sesajen. Di dalam gua ini mengalir mata air yang tidak pernah kering.

Sesampai di bawah bukit akan disambut oleh padang rumput yang cukup tinggi. Padang rumput ini sangat luas dan memanjang menuju ke Gunung Bromo, diapit oleh bukit dikedua sisinya, memantulkan suara angin sehingga terdengar agak menakutkan.

Tim beristirahat sebentar di Pos yang berupa bangunan beratap di bawah bukit, tampak sebuah Jip melintas ditengah padang rumput dari arah Gunung Bromo yang kemudian disusul oleh sebuah Truck yang diiringi debu pasir. Pemandangan ini sedikit menghibur karena ditengah padang rumput yang luas dan panas sangat sepi dan mencekam karena kawatir diserang anjing liar.

Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati padang rumput yang luas dan sangat panas, Steve dan Ade beristirahat sebentar untuk minum dan melemaskan kaki. Ditengah padang rumput kembali lewat sebuah mobil bak kecil mengangkut penuh sayuran dengan beberapa penumpang diatas sayuran. Terasa senang sekali berjumpa dengan sesama manusia di tempat asing seperti ini.

Perjalanan bertambah berat dengan melewati lautan pasir, matahari tepat berada diatas kepala terasa sangat membakar kulit. Berbeda dengan angin di padang rumput yang terasa panas, udara di padang pasir terasa dingin. Jalur Jip yang semula terlihat dipadang rumput kini mulai menghilang di lautan pasir, terpaksa Tim Skrekanek memperkirakan sendiri jalan yang harus ditempuh. Beruntung sekali tidak ada awan atau kabut sehingga arah jalur dapat diperkirakan.

Semakin menapak ke lautan pasir kaki terasa agak berat melangkah, jalan yang ditempuh adalah mengeliling gunung bromo dari belakang, sehingga agak membingungkan. Dari kejauhan tampak badai pasir yang bergulung-gulung menjulang ke atas. Tiba-tiba dari arah kanan muncul badai yang agak besar berjalan menuju arah Tim Skrekanek, Steve dan Ade segera berlari-lari dan beruntung sekali badai pasir melintas lewat dibelakang kami.

Tim telah sampai di sisi Timur Gunung Bromo, tampak jalur menuju puncak gunung Bromo melewati jalur yang sangat sempit dan berliku-liku. Menuju puncak Gunung Bromo ditengah hari yang sangat panas ini cukup melelahkan. Jalurnya naik turun dan bisa longsor sehingga perlu berhati-hati. Mendekati puncak bromo sudah tercium bau belerang.

Dari puncak bromo tampak kawah Gunung Bromo yang masih aktif , di dasar kawah terlihat warna keemasan belerang dan kepulan asap putih yang menjulang ke atas, menyebarkan bau belerang.

Untuk menuruni Puncak gunung Bromo Tim Skrekanek memilih melewati jalan setapak yang dibangun dari semen, dan mencoba menghitung jumlah anak tangga. Di bawah anak tangga sudah menunggu beberapa kuda untuk disewakan.

Di bawah kaki Gunung Bromo terdapat sebuah pura untuk mengadakan upacara adat dan keagamaan. Tim Skrekanek masih harus menyeberangi lautan pasir dan mendaki bukit yang terjal menuju desa Cemoro Lawang. Beruntung sekali ketika Tim Skrekanek sudah berada di atas bukit, anjing liar baru muncul di bawah bukit

Taman Nasional Bromo Tengger

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).

Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.

Di laut pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa).

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.

Agrowisata di Probolinggo

Pariwisata Probolinggo identik dengan Bromo-nya yang sudah mendunia. Selain itu, ‘kota angin’ ini juga terkenal dengan mangga dan anggurnya yang potensial menjadi wisata agro.

Dianugerahi tanah yang subur, serta kekayaan alam yang berlimpah, Probolinggo sepantasnya menjadi destinasi pariwisata unggulan di Jawa Timur.

Selain ‘menjual’ Bromo sebagai destinasi pariwisata unggulan dan Pantai Bentar serta wisata rafting sungai Pekalen, Probolinggo juga memiliki wisata agro yang potensial menjadi daya tarik wisata.

Mangga dan anggur sudah menjadi komoditas unggulan sektor pertanian masyarakat Probolinggo. Buah-buahan ini namanya seharum rasanya.

Probolinggo sedang giat membangun daerahnya menuju kota pariwisata. Kota ini berusaha mengeksplorasi semua sumber daya daerahnya untuk bisa ‘menghasilkan’, dalam artian dapat menambah pundi-pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD).