
Perjalanan ke Gunung Bromo dari Ranu Pani, dapat menjadi menarik dan penuh tantangan bagi seorang pendaki berpengalaman sekalipun. Terutama setelah selesai mendaki Gunung Semeru.Dari Kota Malang menuju Tumpang dengan angkutan umum, disambung dengan mobil JIP atau Truck Sayuran menuju desa Ranu Pani. Di Ranu Pani terdapat Pos pendakian dan dua buah danau (ranu) yang sangat indah, yakni Ranu Pani dan Ranu Regulo disebelah bawah. Disini terdapat beberapa warung dan penginapan yang sangat sederhana. Desa Ranu Pani masuk dalam wilayah kabupaten Lumajang, bisa juga ditempuh dari kota Lumajang.
Perjalanan sebaiknya dilakukan pagi-pagi, dengan berjalan kaki menuju Pos jalan pintas yang berada di ujung desa Ranu Pani menuju Gunung Bromo. Setelah menginap selama satu malam di Pos Jaga Pendakian, Tim Skrekanek (Ade dan Steve) yang telah menyelesaikan pendakian Gunung Semeru, bergegas memulai perjalanan ke Gunung Bromo.
Perjalanan dapat dilakukan dengan menyewa JIP dari desa Ranu Pani atau desa Jemplang sekitar Rp.200.000,- lama perjalanan 2 jam, namun Tim Skrekanek memilih berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar 4 Jam sejauh 12 Km.
Perjalanan sangat berbahaya bila dilakukan sore atau malam hari, karena jalanan tidak terlihat dan banyak sekali terdapat anjing liar yang dapat menyerang kita setiap saat, sebaiknya membawa tongkat.
Setelah sampai di batas akhir desa Ranu Pani terdapat Pos istirahat yang berada diatas bukit, tampak pemandangan yang sangat indah kebawah bukit, terlihat jalur yang menuju Gunung Bromo.
Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni bukit yang sangat curam, kita perlu berhati-hati karena selain jalurnya sempit juga tertutup oleh semak-semak yang tinggi. Bukit ini sangat terjal dan memanjang mengelilingi kompleks gunung Bromo, dengan ketinggian antara 200-600 meter, dan bergaris tengah 8-10 km, membentuk kaldera. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera antara lain; G.Bromo (2.392m) G. Batok (2.470m) G. G.Kursi (2,581m) G.Watangan (2.662m) G.Widodaren (2.650m).
Di gunung Widodaren terdapat sebuah gua dengan batu besar di dalamnya sebagai tempat orang bersemedi dan sebagai tempat untuk menyimpan sesajen. Di dalam gua ini mengalir mata air yang tidak pernah kering.
Sesampai di bawah bukit akan disambut oleh padang rumput yang cukup tinggi. Padang rumput ini sangat luas dan memanjang menuju ke Gunung Bromo, diapit oleh bukit dikedua sisinya, memantulkan suara angin sehingga terdengar agak menakutkan.
Tim beristirahat sebentar di Pos yang berupa bangunan beratap di bawah bukit, tampak sebuah Jip melintas ditengah padang rumput dari arah Gunung Bromo yang kemudian disusul oleh sebuah Truck yang diiringi debu pasir. Pemandangan ini sedikit menghibur karena ditengah padang rumput yang luas dan panas sangat sepi dan mencekam karena kawatir diserang anjing liar.
Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati padang rumput yang luas dan sangat panas, Steve dan Ade beristirahat sebentar untuk minum dan melemaskan kaki. Ditengah padang rumput kembali lewat sebuah mobil bak kecil mengangkut penuh sayuran dengan beberapa penumpang diatas sayuran. Terasa senang sekali berjumpa dengan sesama manusia di tempat asing seperti ini.
Perjalanan bertambah berat dengan melewati lautan pasir, matahari tepat berada diatas kepala terasa sangat membakar kulit. Berbeda dengan angin di padang rumput yang terasa panas, udara di padang pasir terasa dingin. Jalur Jip yang semula terlihat dipadang rumput kini mulai menghilang di lautan pasir, terpaksa Tim Skrekanek memperkirakan sendiri jalan yang harus ditempuh. Beruntung sekali tidak ada awan atau kabut sehingga arah jalur dapat diperkirakan.
Semakin menapak ke lautan pasir kaki terasa agak berat melangkah, jalan yang ditempuh adalah mengeliling gunung bromo dari belakang, sehingga agak membingungkan. Dari kejauhan tampak badai pasir yang bergulung-gulung menjulang ke atas. Tiba-tiba dari arah kanan muncul badai yang agak besar berjalan menuju arah Tim Skrekanek, Steve dan Ade segera berlari-lari dan beruntung sekali badai pasir melintas lewat dibelakang kami.
Tim telah sampai di sisi Timur Gunung Bromo, tampak jalur menuju puncak gunung Bromo melewati jalur yang sangat sempit dan berliku-liku. Menuju puncak Gunung Bromo ditengah hari yang sangat panas ini cukup melelahkan. Jalurnya naik turun dan bisa longsor sehingga perlu berhati-hati. Mendekati puncak bromo sudah tercium bau belerang.
Dari puncak bromo tampak kawah Gunung Bromo yang masih aktif , di dasar kawah terlihat warna keemasan belerang dan kepulan asap putih yang menjulang ke atas, menyebarkan bau belerang.
Untuk menuruni Puncak gunung Bromo Tim Skrekanek memilih melewati jalan setapak yang dibangun dari semen, dan mencoba menghitung jumlah anak tangga. Di bawah anak tangga sudah menunggu beberapa kuda untuk disewakan.
Di bawah kaki Gunung Bromo terdapat sebuah pura untuk mengadakan upacara adat dan keagamaan. Tim Skrekanek masih harus menyeberangi lautan pasir dan mendaki bukit yang terjal menuju desa Cemoro Lawang. Beruntung sekali ketika Tim Skrekanek sudah berada di atas bukit, anjing liar baru muncul di bawah bukit